Banyak laki-laki ketika ditanya perihal
calon penamping hidupnya kelak, seringkali mereka menjawab “yang
cantik, kalu bisa badannya tinggi, rambutnya lurus-panjang,
bla-blaa-bla...” ya, mereka lebih mengutamakan fisiknya daripada
agamanya.
Jika sudah demikian, saya khawatir saat
mereka telah tua. Bisa saja si-lelaki akan meninggalkan pasangannya,
lalu mencari lagi yang masih muda, cantik, tinggi, berambut lurus,
serta berkulit putih sebagaimana keinginan pertamannya. Jadi, cinta
yang hanya didasari kecantikan fisik semata, bisa dibilang hanya
berdasar nafsu syahwat.
Pertanyaannya, mengapa kaum muda zaman
sekarang kebanyakan hanya menginginkan seseorang menggunakan kriteria
fisiknya saja? Dengan kata lain, mengapa mereka mengesampingkan aspek
yang lebih berharga, yaitu agama? Apakah mereka tidak mempunyai
cita-cita tinggi dan mulia untuk menikahi wanita-wanita mulia lagi
terhormat (yang memiliki iman kuat?)
Jawaban atas semua pertanyaan di atas
sederhana saja. Hal itu disebabkan karena pemahaman tentang agama
mereka rendah, maka yang dijadikan patokan saat memilih pasangan
hidup adalah hal-hal yang berbau keduniaan semata, bukan
memperhitungkan masalah ukhrawi sehingga sisi batin seseorang, yaitu
agama adan keyakinan, dikesampingkan begitu saja, tanpa melirik
sedikit pun.
Sabda Rasulullah Saw:
“Barang siapa yang menikahkan
(putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki, meskipun buruk agama
dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu mendapat
barakah-Nya.” (HR. Muslim).
Hadist di atas menjelaskan bahwa cinta
atau pernikahan yang berdasarkan pada selain agama akan jauh dari
barakah hidup. Sebaliknya, jika orang yang yang saling mencintai dan
menikah karena agamanya, maka akan didekatkan pada barakah hidup.
Lebih tegas lagi, Rasulullah Saw. Bersabda:
“Barang siapa menikahi seorang wanita
karena memandang kedudukannya maka Allah akan menambah baginya
kerendahan; barang siapa menikahi seorang wanita karena memandang
harta bendanya, Allah akan menambah baginya kemelaratan; barang siapa
menikahi seorang wanita karena memandang keturunannya, allah akan
menambahnya baginya kehinaan. Tetapi, barang siapa menikahi seorang
wanita karena ingin menundukkan pandangannya dan menjaga kesucian
farjinya, atau ingin mendekatkan ikatan keluarga maka allah akan
memberkahi istri baginya.” (HR. Bukhari).
Menjadi sangat jelas bagi kita bahwa
orang yang mencintai atau akan menikah berdasarkan harta, kedudukan,
dan keturunan, tanpa didasari atas agama, maka itu kurang bermartabat
di mata Allah. Sehingga, niatnya untuk menikah kebanyakan akan
berhenti atau tidak terlaksana dan menjadi pezinaan agama demi
menjaga kesucian farji-nya, maka ia akan mendapat ridha allah
sehingga bisa saja diberi istri yang cantik luar-dalam.
Mengapa cinta yang hanya didasarkan
pada harta, kedudukan, dan keturunan itu salah? Karena, cintanya
adalah palsu. Rasulullah Saw. Bersabda:
“Telah tertulis anak Adam nasibnya
dari zina akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak; kedua mata,
zinanya adalah memandang; kedua telinga, zinanya berupa mendengarkan;
lisan zinanya berkata; tangan zinanya menyentuh; kaki, zinanya
berjalan; dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka, akan
dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.” (HR. Muslim
dari Abu Hurairah).
Dengan mencermati hadist diatas,
jelaslah mengenai kondisi muda-mudi zaman sekarang. Bahwa kebanyakan
dari mereka hanya bernafsu saja, tetapi tidak bisa ikhlas mencintai.
Jadi, hati-hatilah kepada para wanita, bedakanlah mana yang sekedar
nafsu dan mana yang benar-benar ikhlas mencintai.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
0 komentar:
Posting Komentar