Get me outta here!

Selasa, 10 April 2012

Dipilih, Dicoba, dan Diulang

“Sesuatu yang diulang-ulang baik atau buruk, akan mencirikan diri kita, lalu menjadi karakter diri kita, lalu sempurnalah menjadi kita sendiri!”.

Yaph! Bener banget. Kalo kita sering mengulang-ulang suatu perbuatan entah itu baik ataupun buruk lama-lama itu akan menjadi ciri, karakter, bahkan jati diri kita sendiri.
Orang yang sekali telat, dua kali telat, tiga kali telat, dan dia terus melakukan pengulangan-pengulangan tersebut maka jadilah dia sebagai si tukang telat.

Sama halnya dengan orang yang suka bohong, lalu diulagi lagi dan lagi. Karena sudah terbiasa berbohong dalam setiap fakta sempurnalah dia menjadi sosok pembohong.

Orang yang biasa genit, yang bermula dari sekedar iseng, kian hari akan kian terbiasalah ia mengulang-ulang kegenitannya. Sehingga terkenallah ia dengan julukan si genit.

Kita yang biasa lebay dalam setiap kata-kata yang keluar dari mulut, dan selalu mengulang kelebay’an-kelebay’an kita ketika berbicara, maka jadilah itu sebagai karakter sejati kita.

Begitulah suatu hal yang diulang secara terus-menerus akan berubah menjadi kebiasaan, lalu terwujudlah sebagai karakter sejati kita. Tanpa terkecuali, entah itu baik ataupun buruk!
Semakin kita lakukan dan biasakan, maka itu akan benar-benar sempurna menjadi karakter kita.
So, rumusnya sangat mudah dicerna, jika kita ingin menjadikan karakter sejati kita sebagai “si baik”, maka rintislah, kondisikanlah, paksakanlah diri kita untuk membiasakan diri berbuat yang baik-baik. sebaliknya, jika kita merintis dan melatih diri kita dengan hal-hal yang buruk, membiasakan untuk mengulanginya, lalu diulangi lagi dan lagi, maka jadilah kita sebagai “si buruk”.

Itulah hukum kausalitas “the power of repetition” : timbal-balik kebiasaan mengulang sesuatu baik atau buruk, yang kemudian menguasai alam bawah sadar kita, lalu mengantar kita menjadi sosok baik atau buruk itu sendiri. Parahnya, kita sering gagal memahami bahwa apa yang dibayangkan menarik dan indah itu sesungguhnya hanyalah kesemuan, bukan kesejatian.

Sungguh sangat gak etis, logis, dan gentle untuk melimpahkan dampak perilaku kita pada orang lain dengan dalih apa pun. Karena sejatinya kita sendirilah yang merintisnya, mengulanginya, membiasakannya, lalu jadilah itu wajah yang melekat pada diri kita!

Ini gak bermakna bahwa si pendosa akan selamanya jadi seorang pendosa. Kebiasaan berbuat buruk dan dosa sebenarnya sangat bisa direvolusi, dengan cara untuk tidak mengulangi kebiasaan-kebiasaan lama itu. Memang berat dan sulit, karena ini sudah jadi kebiasaan. Namun bukan berarti tidak bisa. Akan selalu ada pintu bisa untuk siapa pun dalam mengubah kebiasaanya, pengulangannya, karakternya untuk berubah menjadi lebih baik!

Inilah sebabnya pintu taubat selalu dibuka oleh-Nya, karena Dia selalu memberikan pilihan bebas bagi kita, untuk menentukan diri kita sendiri, ingin menjadi siapa atau apa?! 
Ini pulalah sebabnya kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya kelak, berdasarkan pilihan-pilihan bebas yang kita ciptakan sendiri, biasakan sendiri, dan ulangi sendiri.

Jadi tentukan pilihanmu sekarang!
Akan jadi si baik atau si buruk?. J










Terinspirasi dari salah satu buku karya Edi Mulyono.

0 komentar: