Get me outta here!

Rabu, 27 Juni 2012

Cinta tak harus memiliki



“Cinta tak harus memiliki”. Kata bijak ini telah banyak diperdengarkan oleh anak2 muda yang sadar akan makna cinta. Mereka meyakini bahwa cinta tak dapat dipaksakan, apalagi dipalsukan. Cinta hanya bisa berkembang dalam hati orang yang sama-sama menyayangi, mengasihi, dan saling setia.


Seringkali, kita mencintai seseorang dengan segenap jiwa raga serta tulus hati. Tetapi, orang yang kita cintai belum tentu mencintai pula. Bagaimana sikap kita sebaiknya? Marah? Benci? Atau, justru bermusuhan?

Saudaraku, cinta adalah urusan hati, dan khusus urusan yang satu ini tak ada kekuatan apa pun yang bisa mencampurinya. Jika hati tidak cinta, maka jangan dipaksa, sebab akan menyiksa perasaan orang yang kita cintai sendiri. Tegakah kita menyiksa perasaan orang yang sangat kita cintai? Apakah ini yang dinamakan cinta tulus dan suci? Saya meragukan cinta orang yang bersikap demikian.

Sikap benci dan memusuhi juga bukan menunjukkan cermin cinta tulus. Apakah jika orang yang kita cintai diambil orang lain lantas marah, bahkan membencinya merupakan cermin cinta tulus? Sepertinya bukan!. Sebab, pada dasarnya orang yang kita cintai bahagia maka kita juga akan merasakannya. Justru cinta yang demikian merupakan cinta egois yang tak memperdulikan perasaannya.

Nah, kita jadi tau bagaimana menyikapi cinta bertepuk sebelah tangan ini. Meski kita sadari dengan sepenuh hati bahwa cinta tak harus memiliki. Saya justru berkeyakinan besar kepada Allah Swt, mungkin sesuatu yang sangat kita cintai belum tentu terbaik bagi kita. Artinya, seandainya orang yang dicintai benar2 jatuh dalam pelukan kita, dikhawatirkan akan menjadi lemah iman. Atau sebaliknya, yakni kita belum mampu manjadi imam bagi orang seperti dia. Dalam hal ini Allah Swt berfirman :

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 216).

            Dalam ayat diatas, Allah menegaskan bahwa seringkali kita membenci sesuatu, padahal itu adalah sangat baik. Sebaliknya, bisa jadi kita sangat menyenangi sesuatu, tetapi hal itu sangatlah buruk. Contoh sederhananya adalah pacaran. Hampir semua laki2 dan perempuan menyukai ini, tetapi sesungguhnya perbuatan tersebut amatlah buruk dihadapan Allah Swt.

Oleh karena itu, cintailah apa2 yang dicintai Allah, jangan mencintai yang telah dibenci-Nya. Sebab, mencintai sesuatu yang dibenci Allah dan membenci sesuatu yang dicintai Allah akan berbuah keburukan. Hanya dengan cinta yang demikian inilah hati bisa lega terhadap segala hal yang terjadi dengan cinta kita, baik ditolak maupun diterima.

Mudah-mudahan dengan renungan singkat ini, kita tidak akan bersikap semena-mena kepada siapa pun. Semua manusia mempunyai cinta. Kita semua ingin mendapatkan apresiasi sebaik mungkin dari orang2 yang kita cintai. Ingatlah, perasaan orang yang membenci (walaupun kita mencintainya) adalah sama dengan perasaan kita ketika membenci seseorang, walaupun orang tersebut mencintai.
Wallahu a’lam bishawab.

0 komentar: