Get me outta here!

Jumat, 15 Maret 2013

Memilih Pendamping Hidup

Assalamu’alaikum, wr.wb.


Banyak laki-laki ketika ditanya perihal calon penamping hidupnya kelak, seringkali mereka menjawab “yang cantik, kalu bisa badannya tinggi, rambutnya lurus-panjang, bla-blaa-bla...” ya, mereka lebih mengutamakan fisiknya daripada agamanya.

Jika sudah demikian, saya khawatir saat mereka telah tua. Bisa saja si-lelaki akan meninggalkan pasangannya, lalu mencari lagi yang masih muda, cantik, tinggi, berambut lurus, serta berkulit putih sebagaimana keinginan pertamannya. Jadi, cinta yang hanya didasari kecantikan fisik semata, bisa dibilang hanya berdasar nafsu syahwat.

Pertanyaannya, mengapa kaum muda zaman sekarang kebanyakan hanya menginginkan seseorang menggunakan kriteria fisiknya saja? Dengan kata lain, mengapa mereka mengesampingkan aspek yang lebih berharga, yaitu agama? Apakah mereka tidak mempunyai cita-cita tinggi dan mulia untuk menikahi wanita-wanita mulia lagi terhormat (yang memiliki iman kuat?)

Jawaban atas semua pertanyaan di atas sederhana saja. Hal itu disebabkan karena pemahaman tentang agama mereka rendah, maka yang dijadikan patokan saat memilih pasangan hidup adalah hal-hal yang berbau keduniaan semata, bukan memperhitungkan masalah ukhrawi sehingga sisi batin seseorang, yaitu agama adan keyakinan, dikesampingkan begitu saja, tanpa melirik sedikit pun.
Sabda Rasulullah Saw:

“Barang siapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki, meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu mendapat barakah-Nya.” (HR. Muslim).
Hadist di atas menjelaskan bahwa cinta atau pernikahan yang berdasarkan pada selain agama akan jauh dari barakah hidup. Sebaliknya, jika orang yang yang saling mencintai dan menikah karena agamanya, maka akan didekatkan pada barakah hidup. Lebih tegas lagi, Rasulullah Saw. Bersabda:

“Barang siapa menikahi seorang wanita karena memandang kedudukannya maka Allah akan menambah baginya kerendahan; barang siapa menikahi seorang wanita karena memandang harta bendanya, Allah akan menambah baginya kemelaratan; barang siapa menikahi seorang wanita karena memandang keturunannya, allah akan menambahnya baginya kehinaan. Tetapi, barang siapa menikahi seorang wanita karena ingin menundukkan pandangannya dan menjaga kesucian farjinya, atau ingin mendekatkan ikatan keluarga maka allah akan memberkahi istri baginya.” (HR. Bukhari).

Menjadi sangat jelas bagi kita bahwa orang yang mencintai atau akan menikah berdasarkan harta, kedudukan, dan keturunan, tanpa didasari atas agama, maka itu kurang bermartabat di mata Allah. Sehingga, niatnya untuk menikah kebanyakan akan berhenti atau tidak terlaksana dan menjadi pezinaan agama demi menjaga kesucian farji-nya, maka ia akan mendapat ridha allah sehingga bisa saja diberi istri yang cantik luar-dalam.

Mengapa cinta yang hanya didasarkan pada harta, kedudukan, dan keturunan itu salah? Karena, cintanya adalah palsu. Rasulullah Saw. Bersabda:

“Telah tertulis anak Adam nasibnya dari zina akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak; kedua mata, zinanya adalah memandang; kedua telinga, zinanya berupa mendengarkan; lisan zinanya berkata; tangan zinanya menyentuh; kaki, zinanya berjalan; dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka, akan dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Dengan mencermati hadist diatas, jelaslah mengenai kondisi muda-mudi zaman sekarang. Bahwa kebanyakan dari mereka hanya bernafsu saja, tetapi tidak bisa ikhlas mencintai. Jadi, hati-hatilah kepada para wanita, bedakanlah mana yang sekedar nafsu dan mana yang benar-benar ikhlas mencintai.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

0 komentar: